Bagikan

Cara Membaca Laporan Keuangan Bisnis/Saham

Oct 03, 2022

Cara Membaca  Laporan Keuangan Bisnis/Saham

Cara membaca laporan keuangan sudah tentu perlu diketahui dan dipahami oleh para investor saham. Bagi para investor saham, membaca laporan keuangan saham hukumnya wajib untuk semakin yakin dalam berinvestasi. Memahami serta mengetahui kinerja dari sebuah perusahaan dari laporan keuangannya disebut dengan analisa fundamental. Harga saham perusahaan biasanya cenderung bersinergi dengan fundamentalnya. Jika fundamentalnya baik, maka harganya akan cenderung naik, begitu pun sebaliknya.


Secara garis besar terdapat empat laporan yang disampaikan suatu emiten dalam sebuah dokumen laporan keuangan baik dalam jangka waktu triwulan maupun annual (tahunan), yakni  Laporan Rugi Laba, Laporan Neraca, Laporan Perubahan Modal, serta Laporan Arus Kas. 


Berikut cara mudah membaca laporan keuangan bisnis/saham yang dikutip dari berbagai sumber.


1. Laba Bersih

Perusahaan yang baik, memiliki laba bersih atau laba periode yang berjalan naik. Misalnya laba bersih terhitung periode 16 Januari 2023 dibandingkan dengan 16 Januari 2021 terjadi kenaikan. Hitung mulai dari total ekuitasnya.


2. ROE Pada Level 15% atau Lebih

ROE atau Return of Equity merupakan tingkat pengembalian investasi yang didapatkan. Setiap keuntungan Rp1,000, maka dapat menghasilkan keuntungan bersih minimal 15% atau lebih dalam jangka waktu setahun. ROE adalah indikator yang paling basic dari analisa fundamental. Jika ROE-nya terbilang baik, kemungkinan besar, elemen lain di laporan keuangan pun cenderung baik. Namun jika kurang dari 15%, dapat diartikan perusahaan tersebut tidak menguntungkan.


Contoh Cara Menghitung ROE:

Laba periode berjalan di perusahaan NILAJ 16 Januari 2023 = Rp 640,8 miliar (9 bulan)

Total ekuitas = Rp 3,3 triliun

Menghasilkan laba periode berjalan 1 tahun = Rp 854,4 miliar

ROE = Rp 854,4 miliar : Rp 3,3 triliun x 100 = 25,8%

Artinya setiap investasi Rp1,000 di NILAJ, menghasilkan untung bersih dalam setahun sekitar Rp250.


3. Dividen 30-40% dari Laba Bersih

Data pembagian dividen ada yang terdapat pada laporan keuangan, terkadang juga tidak kalah penting. Investor dapat mencari informasi tersebut di internet. Dengan membaca total dividen yang dibagikan. Misalnya saja dari 80% perolehan laba bersih perusahaan di tahun 2021 sebesar Rp 500 miliar. Tidak hanya melihat dividen tunai interim saja.


Data dividen dianggap penting. Sebab, perusahaan dapat memberikan laba bersih sejumlah tertentu, namun jika dividen tidak dibayarkan, maka perolehan laba  menjadi diragukan keabsahannya.


Jika pembayaran dividen kurang dari 30-40%, dianggap terlalu kecil dan investor berhak lebih dari itu. Namun jika lebih dari angka persentase tersebut, kemungkinan juga menunjukkan perusahaan sudah matang atau tidak dapat bertumbuh lagi. Pada akhirnya keuntungan terbagi ke investor. Baiknya, cari perusahaan yang membayarkan dividen yang tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil.


4. Nilai Utang Kecil

Utang pada laporan keuangan disebut liabilitas. Jika nilai kewajiban atau utang lebih besar dibandingkan nilai ekuitas, maka perlu diwaspadai. Walaupun demikian, tidak semua laporan keuangan dapat disamaratakan. Karena ada perusahaan yang menganggap wajar nilai utang sama dengan nilai ekuitas.


5. Utang dengan Bunga Rendah

Perusahaan yang baik adalah yang nilai utangnya terdapat bunga, seperti utang bank serta obligasinya kecil. Hal ini dikarenakan jenis utang tersebut dimana pembayaran bunganya akan menjadi beban untuk operasional perusahaan, sehingga dapat menurunkan laba bersih. Utang bank jeas berbeda dengan utang usaha. Pada utang usaha tidak terdapat bunga. Misalnya untuk modal membeli beli bahan baku, yang dibayarkan belakangan. Nilai pembayaran pun tetap sama atau tanpa bunga.


6. Nilai Saldo Laba Positif

Pada bagian ekuitas dalam laporan keuangan, terdapat nilai modal disetor dan nilai tambahan modal disetor (akumulatif). Kemudian terdapat nilai saldo laba (akumulatif). Saldo laba wajib positif dan jika dijumlahkan, nilainya pun harus lebih besar dibandingkan dengan total modal disetor.


Bila saldo laba minus, berarti terdapat masa dimana perusahaan tersebut negatif berkepanjangann. Jika saldo laba positif dan lebih kecil dari total nilai modal yang disetor, artinya hal tersebut kurang bagus. Kemungkinannya, laba perusahaan selama ini selalu kecil, sehingga saldo laba tidak mengalami kenaikan signifikan. Atau kedua, sebenarnya perusahaan mengalami untung besar, namun terus digunakan untuk membayar dividen, sehingga ekuitas pun menjadi tidak bertambah.


7. Perputaran Rasio Aset (ATO) 

Rumusnya adalah nilai penjualan atau pendapatan dibagi dengan nilai total aset perusahaan. Semakin besar ATO (Asset Turnover Ratio), maka perusahaan dinilai semakin bagus. Carilah saham yang perusahaannya memiliki kinerja ATO besar.


Artikel Terbaru